Website Resmi Pemerintah Desa Gitik Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi
Selamat Datang di Website Resmi PEMERINTAH DESA GITIK KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI | Desa GITIK yang BERSINAR (bersih, Rapi, Sehat, Indah, Aman dan Ramah)

Selasa, 13 September 2016

PROFIL DESA GITIK
KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI


Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wliayah ( RTRW ) Kabupaten Banyuwangi, telah ditetapkan bahwa untuk memperlancar pelaksanaan pembangunan daerah dilakukan pembagian wilayah pengembangan sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan karakteristik  wilayah, diantaranya  (1). Wilayah Pengembangan Banyuwangi Utara dengan pusat pertumbuhannya ada di Kota Banyuwangi (2) Wilayah Pengembangan Banyuwangi tengah timur dengan pusat pertubuhannya berada di kota Rogojampi, (3) Wilayah pengembangan Banyuwangi tengah barat dengan pusat pengembangannya berada di Kota Genteng dan (4) Wilayah Pengembangan Banyuwangi selatan dengan pusat pengembangannya berada di Kota Bangorejo. Desa Gitik Kecamatan Rogojampi masuk dalamWilayah Pengembangan Banyuwangi Tengah Timur meliputi : Kecamatan Kabat, Rogojampi, Srono, Muncar, Cluring, Singojuruh dan Songgon. Kota Rogojampi sebagai pusat pertumbuhan, dengan fungsi utama sebagai Pusat Pemerintahan, fasilitas Umum, perdagangan, fasilitas jasa untuk skala beberapa kecamatan yang dilayani.Wilayah Hinterland / belakang berfungsi sebagai kawasan pengembangan pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, indutri, bandar udara, pertambangan, wisata dan kawasan lindung.


2.1 Karakteristis Wilayah Desa
Desa Gitik Kecamatan Rogojampi yang posisinya berada di wilayah tengah Kabupaten Banyuwangi, memiliki arti strategis kerena wilayah ini merupakan kawasan desa persawahan yang memiliki tingkat kesuburan tanahnya tinggi, sehingga sangat memungkinkan untuk pengembangan komoditas tanaman pangan seperti padi, jagung kedelai, semangka, melon, cabai merah besar dan sayur-sayuran.
Desa Gitik merupakan dataran rendah yang luasnya mencapai 125,95 Ha, dari luas tersebut digunakan untuk persawahan sebayak 83,49 Ha atau 66,29 persen, Pekarangan seluas 6,4 Ha atau 5,08 persen, dan yang digunakan untuk pemukiman mencapai 8,57 Ha atau 6,80 persen, sedangka sisanya yang mencapai 27,49 Ha atau 21,83 persen merupakan fasiltas umum seperti jalan, Kuburan, Lapangan, Tempat Ibadah, Sekolahan, sungai, dan prasaran lainnya.


Lahan persawahan yang mencapai 66,29 persen merupakan sawah irigasi teknis yang mampu ditanami tanaman pangan berupa padi dan polowijo sebanyak tiga kali masa tanam setahun, hal ini karena didukung adanya sungai-sungai yang mengalir sepanjang tahun diantarnya sungai Racek, Cerme, yang berada dibagian selatan dan sungai Kemuning, Kali Bukung yang berada di sebelah utara, meskipun di masa – masa musim kering / panas mengalami penurunan debit airnya. Dari luas lahan sawah  83,49 Ha mampu ditanami padi sebanyak tiga kali tanam dan polowijo sebanyak satu kali tanam. Produktifitas tanaman padi mencapai  2,8 (dua koma delapan) ton per hektar, pada tahun 2014 produksi padi mencapai 700 ton, sedangkan kebutuhan pangan untuk masyarakat desa Gitik selama satu tahun sebanyak 400,50 ton, sehingga memeliki kelebihan produksi / surplus beras sebanyak  299,50 ton. Produktifitas jagung dan kedelai  mengalami penurunan hal ini karena adanya tata tanam yang tidak tepat pada wakyunya sehingga terjadi serangan hama dan penyakit juga adanya gangguan cuaca/ Iklim yang tidak bersahabat. Produksi jagung di tahun 2014 mencapai 2,4 ton dan cabe merah mencapai 2,5 ton, kedua produk ini tidak secara langsung menjadi konsumsi masyarakat melainkan didistribusan ke pengepul, terus dikeringkan setelah kering dikirim ke pabrikan untuk kepentingan bahan baku  industri. Untuk ubi jalar produksinya mengalami peningkatan karena adanya pergeseran polapikir petani yaitu dari tanam jagung, kedelai beralih ke tanam ubi jalar karena produk ini memiliki nilai tambah tinggi sehingga menjadi gaya tarik petani..  Lahan pekarangan luasnya hanya 6,4 hektar merupakan perkebunan rakyat dengan komoditas yang di tanam sebagian besar adalah kelapa dan jenis kayu-kayuan seperti Sengon, Jabon dan Jati. Tahun 2014 produk kelapa mencapai 8.600 butir, dan pemanfaatannya masih digunakan untuk konsumsi sendiri sehingga produk ini masih belum mampu memberikan nilai tambah pada perekonomian desa. Sedangka produk kayu sengon yang memiliki masa panen yang cukup lama, tahun 2014 ini masih belum ada yang dipanen / ditebang karena usia tanaman / medel kayu masih kecil sehingga belum dapat ditebang.Desa Gitik merupakan desa persawahan sangat memungkinkan untuk usaha peternakan, karena dari lahan sawah selalu menyediakan pakan ternak berupa rumput sangat melimpah.Usaha peternakan yang ada masih berskala kecil/perorangan sehingga keberadaannya tidak mengganggu terhadap lingkungan, bahkan dari limbah usaha ternak diproses menjadi kompos yang sangat dibutuhkan oleh petani guna pemupukan tanaman baik tanaman pangan maupun tnaman perkebunan. Populasi ternak di tahun 2014 mencapai  1.556 ekor terdiri dari Sapi 14 ekor, kerbau 5 ekor, ayam kampong 1.000 ekor, bebek 400 ekor, kuda 1 ekor, kambing 30 ekor, domba 71 ekor, angsa 13  ekor, dan kelinci 22 ekor. Potensi sumber daya air di desa Gitik terdapat empat sungai yang mengalir sepanjang tahun diantaranya Sungai Cerme dan Racek yang memiliki debit air  sedang, dimanfaatkan untuk mengairi sawah-sawah yang berada di Desa Pengatigan, Benelan Lor, Gitik, dan Karang Bendo. Sedangkan Sungai Kemuning dan Kali Bukung dimanfaatkan untuk desa-desa Benelan Lor, Gitik, Laban Asem dan Karang Bendo. Dari kedua sungai tersebut mampu mengairi semua sawah–sawah yang berada di desa Gitik. Belum lagi ditambah adanya sumur gali/bor ditengah sawah yang menjadi milik petani juga dimanfaatkan untuk mengairi sawah pada saat musim kemarau, sehingga lahan persawahan yang ada mampu ditanami padi dan polowijo sepanjang tahun.Penyediaan air bersih, masyarakat Gitik menggunakan sumur gali dan sungai, sungai yang ada  digunakan untuk mandi, cuci dan kakus (MCK), sedangkan untuk minum dan memasak menggunakan air sumur gali dan air dalam kemasan, jumlah sumur gali tahun 2014 mencapai 217 unit. Ketersediaan ruang publik di desa sangat terbatas yaitu hanya ada satu lapangan olah raga yang luasnya mencapai  400 m2, keberadaan lapangan olah raga ini sangat penting karena dapat dimanfaatkan untuk aktifitas generasi muda dalam meningkatkan prestasinya, juga untuk ruang terbuka hijau (RTH) dan untuk aktifitas yang lain.





2.2.    Kependudukan

Penduduk desa Gitik sebagian besar adalah etnis Using yang merupakan suku asli Banyuwangi, namun demikian masih mampu membaur dengan etnis yang lainnya, hal ini dapat dilihat dari tidak adanya kejadian – kejadian yang berbau sara. Penduduk Desa Gitik pada tahun 2014 jumlahnya mencapai 2.595 Jiwa terinci Laki-Laki sebanyak 1.282 Orang, Perempuan 1.313 Orang, dengan kepadatan penduduk per kilometer persegi mencapai 9 Orang, artinya bahwa desa Gitik belum mengalami kepadatan, ketersediaan lahan untuk pemukiman masih mancukupi. Sedangkan perkembangan penduduk desa Gitik mencapai 0,98 persen. Usia produktif (usia kerja 18 – 56 tahun) penduduk desa Gitik mencapai   1.917 Jiwa atau 46,5 persen, dari jumlah tersebut yang terserap di 9 (Sembilan) lapangan pekerjaan (bekerja) mencapai  1.207 Orang dan sisanya sejumlah 710 Orang masih belum memiliki pekerjaan tetap, termasuk ibu-ibu rumah tangga dan penduduk yang mengalami disfabilitas cacat fisik jumlahnya mencapai 8 Orang, meliputi tuna wicara 1 orang, tuna netra 1 orang, cacat fisik / tuna daksa  jumlah 2 Orang dan cacat mental / ediot sebanyak 1 Orang.

Sektor pertanian masih sangat dominan dalam penyediaan lapangan pekerjaan yang dikenal dengan mata pencaharian pokok, di tahun 2014 mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1.207 Orang atau 46,5 persen dari jumlah tenaga kerja produktif. Dari jumlah tersebut yang paling banyak adalah Buruh tani mencapai 670  orang atau 25,8 persen sedangkan Petani jumlahnya mencapai 52 orang atau 2 persen, berarti kepemilikan lahan sawah oleh petani desa Gitik sangat terbatas, rata – rata kepemilikan sawah hanya 0,250 Hektar hal ini dikarenakan lahan sawah kebanyakan adalah milik orang di luar desa Gitik.

Penduduk Desa Gitik sebagian besar beraga Islam, jumlahnya mencapai 2.563 jiwa atau 98,7 persen. Untuk menjalankan peribadatan masyarakat muslim telah tersedia Masjid sebanyak 5 Buah dan 12 buah langgar/mushola yang keberadaannya tersebar di 4 dusun, sedangkan penduduk yang beragama Katholik terdapat 1 gereja dan untuk warga beragama Kristen dan Budha tempat ibadahnya berada di luar desa. Hal ini tidak menjadi masalah karena kerukunan umat beraga sudah terjalin harmonis, satu sama yang lain saling menghormati sehingga tercipta kondisi yang aman, tentram dan damai. 
Pendidikan masuk dalam kebutuhan pokok masyarakat desa Gitik,maka  hal ini dapat merubah status masyarakat desa dari rata-rata berpendidikan Sekolah Dasar meningkat rata-rata berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP). Tahun 2014  tingkat pendidikan masyarakat sangat beragam diantaranya belum sekolah sebanyak 171 orang, tidak tamat SD sebanyak 237 orang  tamat SD sederajat sebanyak  1.067 Orang, SMP sederajat 420 Orang, SMA sederajat 541 Orang, Sarjana S.1 sebanyak 155 Orang, Tamat S.2 sebanyak 4 Orang.

2.3 Kelembagaan

Penyelenggaraan pemerintahan desa harus didukung adanya kelembagaan yang kuat, efektif, efisien, transparan dan akuntabel  serta adanya semberdaya manusia yang trampil, sehingga dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yaitu penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat dapat berjalan lancar, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Aparat penyelenggara pemerintah desa jumlahnya mencapai  10 Orang, terinci sebagai berikut Kepala Desa dan Sekretaris Desa masing-masing  1 Orang, Kepala Urusan sebanyak 5 Orang, dan Kepala Dusun sebanyak 4 Orang,vdengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 11 Orang. Keberadaan Badan Permusyawaratan Desa ( BPD ) sangat penting karena disamping merupakan patner pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa gunapenetapan kebijakan pembangunan desa, juga sebagai penyalur aspirasi masyarakat dan pelestari nilai-nilai budaya desa.  Jumlah anggota BPD sebanyak 9 Orang,  yang merupakan utusan dari masing – masing dusun. Anggota BPD masing-masing dusun ditetapkan melalui pemilihan dan jumlahnya ditentukan sesuai kouta yang sudah ada. Dalam pelaksanaan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa Pemerintah Desa dibantu oleh Lembaga pemberdayaan masyarakat desa (LPMD), kegiatan yang dilimpahkan kepada LPMD adalah pelaksanaan pembangunan fisik dan kegiatan pelatihan ketrampilan. Kepengurusan LPMD sudah terbentuk sejak perobahan LKMD menjadi LPMD.  Tetangga ( RT ) dan Rukun Warga ( RW ) merupakan lembaga kemasyarakat yang mempunyai tugas membantu penyelenggaraan pemerintahan desa, melakukan pengawasan terhadap aktifitas masyarakat dalam rangka pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat serta mengkoordinir kegiatan gotong royong masyarakat yang merupakakan ciri khas masyarakat pedesaan, sedangkan lembaga RW bertugas sebagai Kordinator RT dalam membantu tugas penyelenggaraan pemerintahan  desa di lintas RT. Pada tahun 2014 Jumlah  RT se desa mencapai 18 lembaga dan RW sebanyak 6 lembaga. Keberadaan lembaga-lembaga desa yang lain sangat penting guna merealisasikan visi dan misi pemerintahan desa. Seperti lembaga PKK yang berfungsi sebagai lembaga pembinaan masyarakat khususnya  wanita agar mandiri dalam membina kehidupan berumah tangga.Kepengurusan PKK Desa Gitik sudah terbentuk sejak adanya aturan tentang pendirian lembaga PKK Desa. Sedangkan lembaga-lembaga desa lainnya sudah terbentuk diataranya Karang Taruna yang merupakan wadah pembinaan generasi muda agar kreatif dan mandiri guna mewujudkan masa depan yang indah dan berhasil. Lembaga Hipunan petani pemakai air ( HIPPA ) yang berfungsi sebagai penataan dan pendistribusian pemakaian air irigasi oleh petani guna  meningkatkan produktifitas tanaman pangan pada lahan persawahan,  serta melakukan koordinasi dengan Aparat Dinas Pengairan dalam penyediaan air irigasi yang cukup. Lembag Kelompok Tani yang merupakan perkumpulan petani pemilik  lahan pertanian,  bertujuan untuk melakukan upaya agar usaha taninya dapat memberikan nilai tambah tinggi, melaui pengetrapan panca usaha tani secara tepat dan benar.

2.4     Infrastruktur Desa
Jalan merupakan salah satu infrastruktur yang sangat fital dan dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat, karena jalan dapat membuka keterisolasian suatu daerah juga sebagai sarana untuk memperlancar angkutan barang dan jasa dari suatu daerah ke daerah lainnya. Kalau dilihat dari jenisnya jalan dapat dibedakan menjadi  empat jenis yaitu jalan Aspal, Jalan macadam, Jalan tanah dan jalan sirtu, dari keempat jenis jalan tersebut yang paling  dibutuhkan oleh masyarakat adalah jalan aspal, karena dapat memperlancar angkutan hasil produksi masyarakat desa secara cepat dan hemat. Adapun panjang jalan yang melintasi  desa Gitik pada tahun 2014 sebagai berikut Jalan Desa yang sudah beraspal sepajang 5 Km dalam kondisi baik sepanjang 4 Km dan kondisi rusak sepanjang 1 Km, jalan macadam panjangnya mencapai 600 m dalam kondisi baik sepanjang 600 m, jalan tanah 100 m dan jalan paving 1,5 Km  untuk mendukung keberadaan jalan tersebut telah dibangun jembatan beton sebanyak 5 buah. Jalan dan jembatan tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah desa untuk memelihara agar dapat memberikan manfaat yang lebih banyak kepada masyarakat desa. JalanKabupaten di desa Gitik hanya ada satu jenis jalan saja yaitu jalan aspal yang panjangnya mencapai 1 kilometer 1 Kilometer Kondisi Baik.

Hidup sehat adalah dambaan setiap masyarakat, sehingga untuk merealisasikan perlu adanya sarana dan prasarana kesehatan yang mampu memberikan layanan sampai ketingkat bawah, sehingga setiap permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan dapat diatasi secara cepat dan akurat. Jumlah sarana dan prasarana kesehatan tahun 2014 sebanyak 8 unit, meliputi, Pos pelayanan terpadu (Posyandu) ada 5 unit, Rumah bersalin ada 1 unit dan Pukesmas pembantu 1 unit, Rumah Sakit 1 unit keberadaan tempat-tempat layanan kesehatan ini sangat membantu masyarakat dalam mewujudkan harapannya. Keberadaan rumah sakit umum sangat penting karena disamping untuk melayani masyarakat yang mampu juga melayani masyarakat kurang beruntung (Miskin) dalam memperoleh layanan kesehatan lanjutan melalui program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Posyandu dan Puskesdeskeberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat desa karena  mampu memberikan layanan Gizi, KB, Pertumbuhan Balita, sedangkan Puskesdes dapat memberikan pengobatan awal bagi masyarakat desa yang mengalami sakit.Layananan di Puskesdes dilakukan oleh seorang Bidan Desa yang statusnya sudah bertempat tinggal di Desa, sehingga dapat melayani masyarakat selama dua puluh empat jam.
Guna merealisasikan kebutuhan masyarakat untuk memperoleh pelayanan pendidikan murah dan berkualitas  di desa Gitik telah tersedian sekolah – sekolah formal dan non formal mulai dari pra sekolah (Paud) sampai sekolah dasar, baik yang berstatus Negeri meliputi Sekolah Dasar Negeri I Gitik, Sekolah Dasar Negeri 2 Gitik, SMPN 1 Rogojampi, SMPN 3 Rogojampi sedangkan sekolah Swasta terdiri dari Sekolah Dasar Katholik (SDK), SMP Katholik (SMPK), SMK dan SMA PGRI Rogojampi, TAPAS Nahdlatul Islam Gitik dan Sekolah Taman Kanak-Kanak (STK) Siwi Pheni dan PAUD AININA  Gitik, Kondisi gedung sekolah tersebut  dalam keadaan baik dan layak untuk aktifitas kegiatan belajar mengajar.

Wilayah Desa Gitik telah dilalui oleh jaringan listrik tengan menengah dan tegangan rendah perusahaan Listrik Negara ( PLN ), sehingga memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan listrik, penggunaan listrik oleh masyarakat ditahun 2014 mencapai 976 Kepala keluarga. Keberadaan listrik sangat membantu masyarakat untuk melakukan pengembangan usaha baik yang berskala rumahan / usaha kecil dan usaha menengah, juga menekan adanya tindakan kriminalitas..
Sampah merupakan masalah bagi seluruh masyarakat baik yang berada di perkotaan maupun pedesaan, pengelolaan sampah di desa Gitik masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan cara dibakar, ditanam dan dibuang ke sungai, hal ini dilakukan karena tingkat SDM masyarakat masih rendah juga karena tidak adanya tempat pembuangan sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir sampah ( TPA ), sehingga sampah menumpuk di pinggir sungai dan kebun-kebun masyarakat.
 
20.26   Posted by Unknown in with No comments

0 komentar:

Posting Komentar

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search