PROFIL DESA GITIK
KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI
Berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wliayah ( RTRW ) Kabupaten Banyuwangi, telah ditetapkan bahwa untuk
memperlancar pelaksanaan pembangunan daerah dilakukan pembagian wilayah
pengembangan sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan karakteristik wilayah, diantaranya (1). Wilayah Pengembangan Banyuwangi Utara
dengan pusat pertumbuhannya ada di Kota Banyuwangi (2) Wilayah Pengembangan
Banyuwangi tengah timur dengan pusat pertubuhannya berada di kota Rogojampi,
(3) Wilayah pengembangan Banyuwangi tengah barat dengan pusat pengembangannya
berada di Kota Genteng dan (4) Wilayah Pengembangan Banyuwangi selatan dengan
pusat pengembangannya berada di Kota Bangorejo. Desa Gitik Kecamatan Rogojampi
masuk dalamWilayah Pengembangan Banyuwangi Tengah Timur meliputi : Kecamatan
Kabat, Rogojampi, Srono, Muncar, Cluring, Singojuruh dan Songgon. Kota Rogojampi
sebagai pusat pertumbuhan, dengan fungsi utama sebagai Pusat Pemerintahan,
fasilitas Umum, perdagangan, fasilitas jasa untuk skala beberapa kecamatan yang
dilayani.Wilayah Hinterland / belakang berfungsi sebagai kawasan pengembangan
pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, indutri, bandar udara,
pertambangan, wisata dan kawasan lindung.
2.1 Karakteristis
Wilayah Desa
Desa Gitik Kecamatan Rogojampi yang
posisinya berada di wilayah tengah Kabupaten Banyuwangi, memiliki arti
strategis kerena wilayah ini merupakan kawasan desa persawahan yang memiliki
tingkat kesuburan tanahnya tinggi, sehingga sangat memungkinkan untuk
pengembangan komoditas tanaman pangan seperti padi, jagung kedelai, semangka,
melon, cabai merah besar dan sayur-sayuran.
Desa Gitik merupakan dataran rendah
yang luasnya mencapai 125,95
Ha, dari luas tersebut digunakan untuk persawahan sebayak 83,49 Ha atau 66,29 persen, Pekarangan seluas 6,4 Ha atau 5,08 persen, dan yang
digunakan untuk pemukiman mencapai 8,57 Ha atau 6,80 persen, sedangka
sisanya yang mencapai 27,49
Ha atau 21,83 persen merupakan
fasiltas umum seperti jalan, Kuburan, Lapangan, Tempat Ibadah, Sekolahan,
sungai, dan prasaran lainnya.
Lahan persawahan yang mencapai 66,29 persen merupakan
sawah irigasi teknis yang mampu ditanami tanaman pangan berupa padi dan
polowijo sebanyak tiga kali masa tanam setahun, hal ini karena didukung adanya
sungai-sungai yang mengalir sepanjang tahun diantarnya sungai Racek, Cerme, yang berada
dibagian selatan dan sungai Kemuning,
Kali Bukung yang berada di sebelah utara,
meskipun di masa – masa musim kering / panas mengalami penurunan debit airnya.
Dari luas lahan sawah 83,49 Ha mampu ditanami
padi sebanyak tiga
kali tanam dan polowijo sebanyak satu kali tanam. Produktifitas tanaman padi
mencapai 2,8 (dua koma delapan) ton per hektar, pada tahun 2014
produksi padi mencapai 700
ton, sedangkan kebutuhan pangan untuk masyarakat desa Gitik selama satu tahun
sebanyak 400,50
ton, sehingga memeliki kelebihan produksi / surplus beras sebanyak 299,50 ton. Produktifitas jagung dan
kedelai mengalami penurunan hal ini
karena adanya tata tanam yang tidak tepat pada wakyunya sehingga terjadi
serangan hama dan penyakit juga adanya gangguan cuaca/ Iklim yang tidak
bersahabat. Produksi jagung di tahun 2014 mencapai 2,4 ton dan cabe merah mencapai 2,5 ton, kedua produk
ini tidak secara langsung menjadi konsumsi masyarakat melainkan didistribusan
ke pengepul, terus dikeringkan setelah kering dikirim ke pabrikan untuk
kepentingan bahan baku industri. Untuk
ubi jalar produksinya mengalami peningkatan karena adanya pergeseran polapikir
petani yaitu dari tanam jagung, kedelai beralih ke tanam ubi jalar
karena produk ini memiliki nilai tambah tinggi sehingga menjadi gaya tarik
petani.. Lahan pekarangan luasnya hanya 6,4 hektar merupakan perkebunan rakyat
dengan komoditas yang di tanam sebagian besar adalah kelapa dan jenis
kayu-kayuan seperti Sengon, Jabon dan Jati. Tahun 2014 produk
kelapa mencapai 8.600 butir, dan
pemanfaatannya masih digunakan untuk konsumsi sendiri sehingga produk ini masih
belum mampu memberikan nilai tambah pada perekonomian desa. Sedangka produk
kayu sengon yang memiliki masa panen yang cukup lama, tahun 2014 ini masih belum
ada yang dipanen / ditebang karena usia tanaman / medel kayu masih kecil
sehingga belum dapat ditebang.Desa Gitik merupakan desa persawahan sangat
memungkinkan untuk usaha peternakan, karena dari lahan sawah selalu menyediakan
pakan ternak berupa rumput sangat melimpah.Usaha peternakan yang ada masih
berskala kecil/perorangan sehingga keberadaannya tidak mengganggu terhadap
lingkungan, bahkan dari limbah usaha ternak diproses menjadi kompos yang sangat
dibutuhkan oleh petani guna pemupukan tanaman baik tanaman pangan maupun tnaman
perkebunan. Populasi ternak di tahun 2014 mencapai 1.556 ekor terdiri dari Sapi 14 ekor, kerbau 5 ekor,
ayam kampong 1.000
ekor, bebek 400
ekor, kuda 1
ekor, kambing 30
ekor, domba 71
ekor, angsa 13 ekor, dan kelinci 22 ekor. Potensi sumber
daya air di desa Gitik terdapat empat sungai yang mengalir
sepanjang tahun diantaranya Sungai Cerme dan Racek yang memiliki debit air sedang, dimanfaatkan untuk mengairi
sawah-sawah yang berada di Desa Pengatigan, Benelan Lor, Gitik, dan Karang Bendo.
Sedangkan Sungai Kemuning dan Kali
Bukung dimanfaatkan untuk desa-desa Benelan Lor, Gitik, Laban Asem
dan Karang Bendo. Dari kedua
sungai tersebut mampu mengairi semua sawah–sawah yang berada di desa Gitik. Belum lagi ditambah
adanya sumur gali/bor ditengah sawah yang menjadi milik petani juga
dimanfaatkan untuk mengairi sawah pada saat musim kemarau, sehingga lahan
persawahan yang ada mampu ditanami padi dan polowijo sepanjang tahun.Penyediaan
air bersih, masyarakat Gitik menggunakan sumur gali dan sungai,
sungai yang ada digunakan untuk mandi,
cuci dan kakus (MCK), sedangkan untuk minum dan memasak menggunakan air sumur
gali dan air dalam kemasan, jumlah sumur gali tahun 2014 mencapai 217 unit. Ketersediaan
ruang publik
di desa sangat terbatas yaitu hanya ada satu lapangan olah raga yang luasnya
mencapai 400 m2, keberadaan lapangan olah raga ini
sangat penting karena dapat dimanfaatkan untuk aktifitas generasi muda dalam
meningkatkan prestasinya, juga untuk ruang terbuka hijau (RTH) dan untuk
aktifitas yang lain.
2.2. Kependudukan
Penduduk desa Gitik sebagian besar
adalah etnis Using
yang merupakan suku asli Banyuwangi, namun demikian masih mampu membaur dengan
etnis yang lainnya, hal ini dapat dilihat dari tidak adanya kejadian – kejadian
yang berbau sara. Penduduk Desa Gitik pada tahun 2014 jumlahnya mencapai 2.595 Jiwa terinci Laki-Laki
sebanyak 1.282
Orang, Perempuan 1.313
Orang, dengan kepadatan penduduk per kilometer persegi mencapai 9 Orang,
artinya bahwa desa Gitik belum mengalami kepadatan, ketersediaan lahan untuk
pemukiman masih mancukupi. Sedangkan perkembangan penduduk desa Gitik mencapai
0,98 persen. Usia produktif (usia kerja 18 – 56 tahun) penduduk desa Gitik
mencapai 1.917 Jiwa atau 46,5 persen, dari jumlah
tersebut yang terserap di 9
(Sembilan) lapangan pekerjaan
(bekerja) mencapai 1.207 Orang dan sisanya
sejumlah 710
Orang masih belum memiliki pekerjaan tetap, termasuk ibu-ibu rumah tangga dan
penduduk yang mengalami disfabilitas cacat fisik jumlahnya mencapai 8 Orang,
meliputi tuna wicara 1
orang, tuna netra 1 orang,
cacat fisik / tuna daksa jumlah 2 Orang dan cacat
mental / ediot sebanyak 1 Orang.
Sektor pertanian masih sangat dominan
dalam penyediaan lapangan pekerjaan yang dikenal dengan mata pencaharian pokok,
di tahun 2014 mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1.207 Orang atau 46,5 persen dari jumlah
tenaga kerja produktif. Dari jumlah tersebut yang paling banyak adalah Buruh
tani mencapai 670 orang atau 25,8 persen sedangkan Petani jumlahnya
mencapai 52
orang atau 2
persen, berarti kepemilikan lahan sawah oleh petani desa Gitik sangat terbatas,
rata – rata kepemilikan sawah hanya 0,250 Hektar hal ini dikarenakan lahan sawah kebanyakan adalah milik orang di luar desa
Gitik.
Penduduk Desa Gitik sebagian besar
beraga Islam, jumlahnya mencapai 2.563 jiwa atau 98,7 persen. Untuk
menjalankan peribadatan masyarakat muslim telah tersedia Masjid
sebanyak 5
Buah dan 12
buah langgar/mushola yang keberadaannya tersebar di 4 dusun, sedangkan penduduk yang beragama Katholik terdapat 1 gereja dan untuk warga beragama Kristen dan Budha
tempat ibadahnya berada di luar desa. Hal ini tidak menjadi masalah karena
kerukunan umat beraga sudah terjalin harmonis, satu sama yang lain saling
menghormati sehingga tercipta kondisi yang aman, tentram dan damai.
Pendidikan masuk dalam
kebutuhan pokok masyarakat desa Gitik,maka
hal ini dapat merubah status masyarakat desa dari rata-rata
berpendidikan Sekolah Dasar meningkat rata-rata berpendidikan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SMP). Tahun 2014
tingkat pendidikan masyarakat sangat beragam diantaranya belum sekolah sebanyak 171
orang, tidak tamat SD sebanyak 237 orang tamat SD sederajat sebanyak 1.067 Orang, SMP sederajat 420 Orang, SMA sederajat 541 Orang, Sarjana S.1
sebanyak 155 Orang, Tamat S.2 sebanyak 4 Orang.
2.3 Kelembagaan
Penyelenggaraan pemerintahan desa
harus didukung adanya kelembagaan yang kuat, efektif, efisien, transparan dan
akuntabel serta adanya semberdaya
manusia yang trampil, sehingga dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yaitu
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan
dan pemberdayaan masyarakat dapat berjalan lancar, terukur dan dapat
dipertanggungjawabkan. Aparat penyelenggara pemerintah desa jumlahnya
mencapai 10 Orang, terinci sebagai berikut Kepala
Desa dan Sekretaris Desa masing-masing 1
Orang, Kepala Urusan sebanyak 5 Orang, dan Kepala Dusun sebanyak 4 Orang,vdengan tingkat
pendidikan SLTA sebanyak 11
Orang. Keberadaan
Badan Permusyawaratan Desa ( BPD ) sangat penting karena disamping merupakan
patner pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa gunapenetapan
kebijakan pembangunan desa, juga sebagai penyalur aspirasi masyarakat dan
pelestari nilai-nilai budaya desa.
Jumlah anggota BPD sebanyak 9 Orang, yang merupakan utusan dari masing – masing
dusun. Anggota
BPD masing-masing dusun ditetapkan melalui pemilihan dan jumlahnya ditentukan
sesuai kouta yang sudah ada. Dalam pelaksanaan pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat desa Pemerintah Desa dibantu oleh Lembaga pemberdayaan
masyarakat desa (LPMD), kegiatan yang dilimpahkan kepada LPMD adalah
pelaksanaan pembangunan fisik dan kegiatan pelatihan ketrampilan. Kepengurusan
LPMD sudah terbentuk sejak perobahan LKMD menjadi LPMD. Tetangga ( RT ) dan Rukun Warga ( RW )
merupakan lembaga kemasyarakat yang mempunyai tugas membantu penyelenggaraan
pemerintahan desa, melakukan pengawasan terhadap aktifitas masyarakat dalam
rangka pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat serta mengkoordinir
kegiatan gotong royong masyarakat yang merupakakan ciri khas masyarakat
pedesaan, sedangkan lembaga RW bertugas sebagai Kordinator RT dalam membantu
tugas penyelenggaraan pemerintahan desa
di lintas RT. Pada tahun 2014 Jumlah RT
se desa mencapai 18
lembaga dan RW sebanyak 6
lembaga. Keberadaan lembaga-lembaga desa yang lain sangat penting guna
merealisasikan visi dan misi pemerintahan desa. Seperti lembaga PKK yang
berfungsi sebagai lembaga pembinaan masyarakat khususnya wanita agar mandiri dalam membina kehidupan
berumah tangga.Kepengurusan PKK Desa Gitik sudah terbentuk sejak adanya aturan
tentang pendirian lembaga PKK Desa. Sedangkan lembaga-lembaga desa lainnya
sudah terbentuk diataranya Karang Taruna yang merupakan wadah pembinaan generasi
muda agar kreatif dan mandiri guna mewujudkan masa depan yang indah dan
berhasil. Lembaga Hipunan petani pemakai air ( HIPPA ) yang berfungsi sebagai
penataan dan pendistribusian pemakaian air irigasi oleh petani guna meningkatkan produktifitas tanaman pangan
pada lahan persawahan, serta melakukan
koordinasi dengan Aparat Dinas Pengairan dalam penyediaan air irigasi yang
cukup. Lembag Kelompok Tani yang merupakan perkumpulan petani pemilik lahan pertanian, bertujuan untuk melakukan upaya agar usaha taninya
dapat memberikan nilai tambah tinggi, melaui pengetrapan panca usaha tani
secara tepat dan benar.
2.4 Infrastruktur Desa
Jalan merupakan salah satu
infrastruktur yang sangat fital dan dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat,
karena jalan dapat membuka keterisolasian suatu daerah juga sebagai sarana
untuk memperlancar angkutan barang dan jasa dari suatu daerah ke daerah
lainnya. Kalau
dilihat dari jenisnya jalan dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu jalan Aspal, Jalan macadam,
Jalan tanah dan jalan sirtu, dari keempat jenis jalan tersebut yang paling dibutuhkan oleh masyarakat adalah jalan
aspal, karena dapat memperlancar angkutan hasil produksi masyarakat desa secara
cepat dan hemat. Adapun panjang jalan yang melintasi desa Gitik pada tahun 2014 sebagai berikut
Jalan Desa yang sudah beraspal sepajang 5
Km dalam kondisi baik
sepanjang 4 Km
dan kondisi rusak sepanjang 1
Km, jalan macadam
panjangnya mencapai 600 m
dalam kondisi baik sepanjang 600 m, jalan tanah 100 m dan jalan paving 1,5 Km untuk mendukung keberadaan jalan tersebut
telah dibangun jembatan beton sebanyak 5 buah. Jalan dan jembatan tersebut menjadi
tanggung jawab pemerintah desa untuk memelihara agar dapat memberikan manfaat
yang lebih banyak kepada masyarakat desa. JalanKabupaten di
desa Gitik hanya ada satu jenis jalan saja yaitu jalan aspal yang panjangnya
mencapai 1
kilometer 1 Kilometer Kondisi Baik.
Hidup sehat adalah dambaan setiap masyarakat,
sehingga untuk merealisasikan perlu adanya sarana dan prasarana kesehatan yang
mampu memberikan layanan sampai ketingkat bawah, sehingga setiap permasalahan
yang berkaitan dengan kesehatan dapat diatasi secara cepat dan akurat. Jumlah sarana dan
prasarana kesehatan tahun 2014 sebanyak 8 unit, meliputi, Pos pelayanan terpadu
(Posyandu) ada 5
unit, Rumah bersalin ada 1 unit dan Pukesmas pembantu 1 unit, Rumah Sakit 1 unit
keberadaan tempat-tempat layanan kesehatan ini sangat membantu masyarakat dalam
mewujudkan harapannya. Keberadaan rumah sakit umum sangat penting karena
disamping untuk melayani masyarakat yang mampu juga melayani masyarakat kurang
beruntung (Miskin) dalam memperoleh layanan kesehatan lanjutan melalui program
Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Posyandu dan
Puskesdeskeberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat desa karena mampu memberikan layanan Gizi, KB,
Pertumbuhan Balita, sedangkan Puskesdes dapat memberikan pengobatan awal bagi
masyarakat desa yang mengalami sakit.Layananan di Puskesdes dilakukan oleh
seorang Bidan Desa yang statusnya sudah bertempat tinggal di Desa, sehingga
dapat melayani masyarakat selama dua puluh empat jam.
Guna merealisasikan kebutuhan
masyarakat untuk memperoleh pelayanan pendidikan murah dan berkualitas di desa Gitik telah tersedian sekolah –
sekolah formal dan non formal mulai dari pra sekolah (Paud) sampai sekolah
dasar, baik yang berstatus Negeri meliputi Sekolah Dasar Negeri I Gitik, Sekolah Dasar Negeri
2 Gitik, SMPN 1 Rogojampi, SMPN 3 Rogojampi
sedangkan sekolah
Swasta terdiri dari Sekolah Dasar
Katholik (SDK), SMP Katholik (SMPK), SMK dan SMA PGRI Rogojampi,
TAPAS Nahdlatul Islam Gitik
dan Sekolah Taman Kanak-Kanak (STK) Siwi Pheni dan PAUD AININA Gitik, Kondisi
gedung sekolah tersebut dalam keadaan
baik dan layak untuk aktifitas kegiatan belajar mengajar.
Wilayah Desa Gitik telah dilalui oleh
jaringan listrik tengan menengah dan tegangan rendah perusahaan Listrik Negara
( PLN ), sehingga memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan listrik,
penggunaan listrik oleh masyarakat ditahun 2014 mencapai 976 Kepala keluarga.
Keberadaan listrik sangat membantu masyarakat untuk melakukan pengembangan
usaha baik yang berskala rumahan / usaha kecil dan usaha menengah, juga menekan
adanya tindakan kriminalitas..
Sampah merupakan masalah bagi seluruh
masyarakat baik yang berada di perkotaan maupun pedesaan, pengelolaan sampah di
desa Gitik masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan cara dibakar,
ditanam dan dibuang ke sungai, hal ini dilakukan karena tingkat SDM masyarakat
masih rendah juga karena tidak adanya tempat pembuangan sementara (TPS) dan
tempat pembuangan akhir sampah ( TPA ), sehingga sampah menumpuk di pinggir
sungai dan kebun-kebun masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar